Aku adalah bintang kecil...
Yang merindukan cahaya
matahari, bagaikan rembulan yang dipersatukan oleh matahari dalam waktu yang
tak begitu lama, hingga tercipta resolusi pemandangan yang begitu indah dan
nyata dalam gemerlap duniawi yang begitu fana.
Aku adalah aku.....
Aku yang memijakkan kaki
didunia ini, disitulah kekuatanku dalam mengarungi perjalanan hidup didunia
ini, menuju kehidupan yang seutuhnya setelah perjalanan hidup ini berakhir
dalam makam tak bertuah didalam pengabdian dunia yang didalamnya hanya ada
sebuah kata amalan yang teryakini untuk menuntunku kedalam tempat terindah
disisiNya.
Aku adalah pahlawan....
Pahlawan terhadap diriku sendiri, memerdekakan diri
dari keterpurukan sesaat karena adanya rasa yang tak semestinya aku rsakan.
Berjuang melawannya dalam
keadaan apapun hingga akan kutemuakan titik terang dalam perjuangan ini.....
Pahlawan untuk kelurgaku
dengan sedikit nafkah yang kudapatkan dari jalan yang halal. Selalu kusyukuri
dengan nikmat tertinggi dan kepuasan terindah dengan cucur keringat yang tak
ternilai dalam kepingan materi yang berlimpah.
Aku adalah jiwaku....
Yang selalu bersama dalam
keadaan apapun, yang menuntunku dalam setiap bait do’a yang kulantunkan
dihadapanNya. Memohon jalan terang dalam menapaki duniaNya ini.
Aku adalah fikiranku....
Yang selalu menjalankan
nalar logikaku yang tak hentinya berdampingan dengan perasaan, menjalani
kehidupan dengan fikiran yang balance antara
logika dan perasaan. Terkadang emosi dan perasaan selalu teradu oleh logika yuang
kadang tak ada ditempat yang semestinya.
Aku adalah hatiku.....
Yang menuntunku kedalam
keadaan sesutu yang harus kupilih antara jelmaan malaikat dan iblis yang selalu
ingin menenggelamkanku dalam mengarungi samudra pengabdian hidup kepaNya.
Aku adalah nuraniku....
Nurani yang selalu
mengoyahkan antara perasaan dan logikaku saat diambang dilema yang terlahir
dari fikiran yang tak utuh oleh suatu kesempurnaan yang jauh di surga sana.
Aku adalah hidupku...
Hidupku sepenuhya ada pada
diriku sendiri kemana aku akan membawa jalannya itu bertumpuh pada kedua
kakiku, kemana aku akan berlabuh itu ada kekuatan tanganku dan dimana aku akan
membawanya kekehidupan yang abadi itu tergantung pada hatiku memilah antara
logika iblis dan perasaan malaikat bersayap yang siap menerbangkanku kesurga
terindah Sang Khalik amiennnnnnn.....
Hidup memang ironi dalam
sebuah pengabdian yang tak nyata tapi sungguh indah jika berjalan seiring
berdampingan dengan rasa syukur. Belajar untuk mentasbihkan hidup dalam pelukan
rasa syukur yang tak terhingga akan membawaku kedalam kedamain yang indah
bersama jiwa Sang Khalik.
Hidup hidupku dan matilah
matiku.....